Skip to main content

Baca Tulis Dan Pengenalan Budaya: Untuk Penguatan Litersi Anak Di Sanggar Bimbingan Sentul, Kuala Lumpur

Kuala Lumpur, 3 Februari 2023

Sanggar Belajar Sentul adalah salah satu dari beberapa sanggar belajar yang didirikan di Semenanjung Malaysia untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak yang bertempat tinggal di sekitar daerah Sentul, Kuala Lumpur. SB Sentul beralamat di Madrasatul Mahmudiah Kg Chubadak Hilir Sentul Pasar Kuala Lumpur. Lokasinya yang berada ditengah perkampungan membuat tempat ini cukup nyaman karena agak jauh dari jalan raya. Selain itu, SB Sentul ini memiliki sebanyak 42 murid yang terdiri dari mayoritas anak Indonesia. Di sekitar lingkungan SB Sentul ini terdapat mayoritas penduduk yang berasal dari Indonesia dan India.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, kondisi anak di SB Sentul perlu penanganan. Mereka sebenarnya adalah anak yang pintar karena jika diberikan sebuah soal, mereka bisa menjawabnya meskipun terlihat tidak memperhatikan selama pembelajaran berlangsung. Sedangkan, kondisi anak lainnya mungkin ada yang benar-benar tidak fokus karena mereka hanya senang dengan dunia mereka sendiri, seperti tiba-tiba berantem dengan teman sampingnya, bermain bolpoin, namun mereka tetap masih bisa mengikuti pembelajaran meskipun harus didisiplinkan terlebih dahulu. Kebanyakan siswa kelas 1 untuk kemampuan menulis dan mengerti setiap kata tetap masih lambat namun mereka bisa mengikutinya.

Setelah diadakan observasi, ada beberapa temuan di lapangan. Beberapa temuan tersebut adalah: 1. Kurangnya kemampuan literasi mereka terhadap pembelajaran. Siswa cenderung senang langsung di jelaskan dari pada membaca materi dari buku. Maka dari itu saat diberikan tugas, siswa selalu bertanya kepada guru tentang halaman jawaban dari soal yang diberikan dan tidak mau berusaha mencari sendiri; 2. Kurangnya pemahaman tentang budaya yang ada di Indonesia. Saat siswa ditanya tentang apa saja budaya yang ada di Indonesia, siswa cenderung kebingungan dan tidak bisa menjawab padahal mayoritas salah satu orang tua mereka berasal dari Indonesia. Sementara itu masalah pokok yang ditemukan pada anak-anak adalah: 1. Siswa terlalu kecanduan bermain gadget sehingga saat mereka belajar, mereka terlihat ingin sekali segera bermain gadget, berkali-kali bertanya kapan jam istirahat akan dimulai; 2. Siswa sibuk dengan dunia mereka sendiri saat pembelajaran. Beberapa siswa suka membawa mainan dari rumah dan dimainkan saat pembelajaran dimulai, sehingga mereka tidak begitu mendengarkan saat penjelasan materi; 3. Karena tidak ada buku atau modul untuk untuk kelas 1, 2, dan 3, siswa menjadi kebingungan saat ditanya sampai materi apa, dan siswa tidak tahu materi yang diajarkan. Apalagi siswa juga tidak selalu menulis materi yang telah ditulis di papan tulis.

            Dari temuan di lapangan, tim pengabdi, yang berasal dari UMS Surakarta, UAD Yogyajakarta, dan UNAMIN Sorong yang beranggotakan Maulidya Eka Wahyudi, Risda Irianti, Putri Oktafia Rani dan Aylul Fajrinniar ‘Ainiyah dan dibawah bimbingan Dr. Sri Slamet, M.Hum., M.Pd serta arahan dari Bp. Sholehuddin mencari solusi untuk menanganinya. Solusi yang ditawarkan adalah, secara umum : 1. Pembiasaan literasi dapat dilakukan setiap hari dengan membaca buku pelajaran selama 10 menit sebelum dimulainya proses pembelajaran. Setelah kebiasan ini dilakukan masuk ke tahap berikutnya yakni memberi siswa tugas untuk menceritakan hasil dari apa yang mereka baca. 2. Pengenalan budaya akan lebih mudah dilakukan menggunakan alat peraga maupun praktik langsung seperti menyanyi lagu daerah bersama-sama, mengenalkan salah satu alat musik daerah dan mengajarkan bagaimana cara menggunakan alat musik tersebut. Selain itu dapat dikenalkan dengan bangunan-bangunan di Indonesia melalui gantungan kunci yang diberikan kepada setiap siswa serta dikenalkan budaya lainnya secara teori maupun media berupa gambar. Sementara itu solusi untuk mengatasi masalah pokok adalah 1. Alat peraga dibuat dengan berbagai macam bahan, warna dan tekstur untuk menarik perhatian siswa, salah satunya dengan belajar membaca menggunakan flashcard dengan berbagai macam gambar yang menarik bagi siswa. Alat peraga juga harus didukung dengan sistem belajar yang menyenangkan seperti tebak kata/huruf maupun permainan teka-teki. Selain dengan alat peraga kecanduan gadget juga harus dikurangi durasi penggunaanya dengan membuat peraturan bahwa gadget disimpan ke dalam tas selama pembelajaran dan boleh digunakan ketika istirahat dan pulang sekolah; 2. Mengumpulkan mainan anak untuk di simpan selama pembelajaran dan dikembalikan sewaktu istirahat dan setelah pulang; 3. Menyediakan modul dengan menyesuakan jumlah buku dan siswa yang ada di SB sehingga setiap siswa dipastikan memiliki modul belajar guna memudahkan proses belajar mengajar.

Harapan kami untuk masalah umum yang terjadi semoga siswa dapat meningkatkan kemampuan literasi mereka terhadap pembelajaran. Karena, siswa lebih cenderung senang bila  di jelaskan secara langsung dari pada membaca materi dari buku. Maka dari itu saat diberikan tugas, siswa lebih sering bertanya kepada guru tentang halaman buku yang terdapat jawaban dari soal yang diberikan. Dan untuk pemahaman budaya, semoga siswa dapat diberikan penjelasan menyeluruh mengenai budaya yang berada di Indonesia karena siswa terlihat kebingungan dan tidak bisa menjawab pertanyaan seputar kebudayaan, hal tersebut bertolak belakang dengan mayoritas orang tua siswa yang berasal dari Indonesia. Jadi perlu ditingkatkan lagi untuk pemahaman budaya. Kemudian untuk harapan pada masalah pokok siswa di SB Sentul kedepannya semoga dapat mengurangi penggunaan gadget pada saat siswa berada disanggar belajar sampai setelah pembelajaran di sanggar belajar berakhir. Dan semoga setiap murid mendapatkan buku materi pembelajaran setiap tingkat kelas, agar siswa dapat belajar dan berlatih menggunakan buku tersebut. Sedangkan harapan kami untuk SB Sentul, semoga pihak SB menyediakan guru tetap bagi siswa, agar siswa dapat terkontrol dengan baik secara  jasmani maupun rohani.

Salam@edukreatif.id

Leave a Reply